
Zaman sudah berubah katanya, daripada ikut berkutat dengan
permasalahan negara yang semakin lama memang semakin menunjukkan
kompleksitasnya. Ada hal yang menarik dari sisi lain pemuda saat ini,
banyak pemuda yang saat ini tergalaukan oleh sebuah fitrah manusia, rasa
cinta seolah-olah sebagai racun baginya, mau belajar ingat pacarnya,
mau makan ingat pacarnya, mau berkarya ingat pacarnya. Sehingga sudah
tidak ada proporsi waktu untuk setidaknya membuka mata akan kondisi
lingkungan yang ada. Galau, galau, galau dengan kenyataan cinta yang
dihadapinya. Bahkan banyak diantara mereka yang sudah kelewat batas.
Bunuh diri hanya karena cintanya ditolak. Dimana ke-powerfull-an mereka
sebagai pemuda? Benar-benar dipertanyakan. Sangat kontra jika kita
lakukan komparasi pemuda zaman ini dengan pemuda zaman bung Karno, Bung
Hatta, Rajiman Widyodiningrat dkk.

Pemuda harapan bangsa banyak yang sekarang membuat plesetan Pemuda
Harapan Pemudi. Pemuda yang seyogyanya sebagai motor penggerak kemajuan
bangsa, sebagai
agent of change. Itu sekarang seolah-olah hanya
sebgai teori belaka. Bangsa ini semakin lama semakin renta jikalau
regenerasi tampuk kepemimpinan terjadi stagnasi. Kurang tau sebab
pastinya, sistem yang salah atau memang tingkat apatisme di kalangan
muda memang sudah akut stadium 5. Pemuda sekarang memang memiliki sumpah
yang tak kalah eksotis dan elegan dengan sumpah pemuda pada 85 tahun
yang lalu. Sumpahnya para pemuda saat ini adalah sumpah yang
dipersembahkan untuk pacarnya. “ Aku bersumpah akan setia padamu sayang,
setia sehidup semati dalam suka ataupun duka….kalo gag percaya belahlah
dadaku” itulah petikan sumpah-sumpah yang terkesan bualan dan penuh
entrik gombal-isme. Inilah sebuah virus kegalauan yang sebenarnya akan
mendukung stagnasi gerakan kepemudaan saat ini. Pemuda saat ini
seharusnya dituntut untuk kritis, kontributif dalam membangun bangsa
ini. Bangsa yang sudah terseok-seok jika dibiarkan tanpa adanya sebuah
revolusi yang memang seharusnya merupakan amanah reformasi maka akan
semakin parah dan diujung tanduk. Permasalahan bangsa bukan hanya
permasalahan para pemimpin, pejabat, dan birokrasi yang ada. Uluran
tangan dan buah pikir kita dinanti kawan-kawan pemuda.


Mari kita kembali refleksi di masa pemuda zaman penjajahan. Pergerakan yang r
awe-rawe rantas malang malang putung
membabat seluruh penjajah dari negeri pertiwi ini sangatlah hebat.
Kekuatan mereka terletak pada pemikiran yang terlegitimasi dalam setiap
aksi kebangsaan dalam sebuah lingkup nasionalisme. Kita bisa lebih dari
mereka. Mari kita berkontribusi untuk kemajuan bangsa dengan cara kita
sendiri. Kita tinggalkan kegalauan yang mungkin terkadang mendera diri
kita untuk sebuah peran kebangsaan yang tentunya lebih prioritas untuk
masa saat ini. Karena Bangsa Membutuhkan KITA kawan, Pemuda Harapan
Bangsa !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar